Jumat, 29 Agustus 2014

Pendakian puncak panderman


PENDAKIAN PUNCAK PANDERMAN
(BATU)
Kami, yakni saya dan kawan saya dua anak manusia yang mengklaim anak muda yang kaya akan mimpi dan energi yang berlimpah, ingin merayakan kemerdekaan Indonesia yang ke-69 dengan cara yang berbeda, kami memutuskan untuk UPACARA DI PUNCAK GUNUNG. (berasa keren meski sebenarnya kagak hehehe)
Teman saya agus senada dengan bulan dimana ini bocah dilahirkan kedunia (entah lahir dari emaknya atau lahir dari batu saya juga belum tahu nanti akan saya tanyakan) dia lahir pada bulan Agustus. Suatu hari dia mendapat informasi bahwa akan di adakannya upacara bendera di  puncak Gunung Kelud, sedikit informasi  Gunung Kelud merupakan gunung berapi strato dengan ketinggian 1.731 mdpl (meter dari permukaan laut) terletak di kota Kediri dengan budaya hindu. Gunung Kelud memiliki beberapa jenis hutan yaitu hutan dipterokarp bukit (kawasan hutan dengan ketinggian 300-750m), hutan dipterokarp atas (kawasan hutan dengan ketinggian 750-1.200m), hutan montane (kawasan hutan dengan ketinggian 1.200-1.500m), dan hutan ericaceous (kawasan hutan dengan ketinggian 1.500m). dengan bekal sedikit informasi tersebut kami dua orang pemula yang ambisius (saking ambisiusnya sampai grusah-grusuh) memutuskan untuk ikut serta.
Sebenarnya sudah lama kami ingin meraih puncak Mahameru negri di atas awan, gunung tertinggi di tanah jawa namun kami tahu diri sebagai pemula Gunung Kelut adalah titik awal yang tepat. (bayi aja merangkak dulu baru berjalan masak duo marmut ini baru lahir langsung cabut lari, KAN JADI TERKESAN SAKTI)
Kawan saya menghubungi seketariat pelaksana dan semua berjalan lancar kami hanya dianjurkan untuk membawa perlengkapan dan konsumsi pribadi selama dua hari yakni tanggal 16-17 Agustus 2014, kami dengan mudah dapat bergabung dan  tanggal 16 Agustus 2014 sepakat berangkat pagi beserta rombongan (rombongan pencinta alam sejati sedangkan kita seupil).
Bodohnya kami para amatir yang berlagak sok tahu,  tanggal 15 Agustus 2014 kami masih santai walaupun belum mendapat tenda badahal besok paginya harus berangkat, alhasil dua cecunguk yang berlagak pinter ini sampai larut mencari tempat menyewaan tenda DAN TIDAK KETEMU!! buset .. seharian keliling kota Malang sampai llluuuaaapppaaarrr, tinggal beberapa menit lagi perut saya bila tidak terisi kawan ku si Agus bisa saya telen utuh lengkap dengan mukanya yang mengisaratkan  akan bunuh diri karena putus asa, kami dengan berat hati membatalkan ikut upacara di puncak Gunung Kelud. Eetttss..!! Namun kami tidak patah arang kami sepakat untuk mendaki puncak gunung Panderman di Batu, sedikit informasi Gunung Panderman memiliki ketinggian 2.045 mdpl konon Gunung ini sudah amat dikenal hingga ke Negeri Belanda. Maklum nama Panderman diambilkan dari nama orang Belanda Van Der Man yang mengagumi gunung tersebut. Jalur daki yaitu kawasan Latar Ombo, Watu Gede, dan sampailah puncak.
Hari minggu tanggal tepat  17 Agustus 2014 kami berangkat, lagi-lagi bodonya kami kaum amatir yang tidak tahu tapi sok tahu, sudah tahu kami gak tahu lokasinya masih bisa kami berangkat jam 09.00(sungguh-sungguh terlalu) badahal perjalanan dari rumah kami tepatnya di Turen ke Batu kurang lebih 1,5, jam belum di tambah tanya sana-tanya sini aahh… AMPUN DEH!!  tepat pukul 11.45 kami sampai di chek poin pendakian gunung Panderman  tampa membuang waktu kami dengan penuh semanggat naik, saya yang notabene males olaraga alhasil naik terseok-seok plus megap-megap seiring berjalannya waktu saya berkembang menjadi beban, bukan karena saya tak mau lelah atau semacamnya untuk melanjutkan sampai ke puncak namun karena saya tidak ingin merusak mimpi orang lain karena keberadaan saya. persediaan air kami duo keong racun yang sok tahu tapi gak tahu apa-apa masing-masing hanya memegang 500ml bekal kepuncak. Yyaaa..  ampun..!! yang  benar saja tidak akan cukup keles!! tampa pikir panjang lagi saya memutuskan untuk berhenti dan turun gunung, saya berikan sedikit air yang saya miliki kepada kawan saya yang amat saya sayangi dan beberapa makanan ringan dengan imbalan keselamatan sampai bawah nanti.
Saya sangat sedih namun jika saya teruskan saya akan semakin menghambat perjalanan kawan saya  sampai puncak, sedangkan waktu semakin mendekati sore, aku tidak sampai hati menghancurkan mimpinya untuk menaklukan gunung Panderman sebagai kado ulang tahunnya sendiri pada tanggal 16 sebelumnya. Di bawah ini adalah gambar kaki saya di sinilah titik tertinggi yang dapat saya capai.

Akhirnya dia sampai puncak dan mendapat foto
Dan ini beberapa kawan baru yang dia jumpai dalam perjalanan
Saya yang memotret, cukup ranselnya (tengah) saja yang mewakili di foto toh…  sama saja muka sama ransel tidak jauh beda hehehe
Meski tampak ceria sebenarnya dalam hati saya merasa sedih, kecewa, dan marah kemudian saya memutuskan dengan  bekal perasaan itu saya nekat untuk pergi sendiri menuju punjak Panderman pada hari sabtu 23 Agustus, berkaca pada pengalaman saya lebih bisa mempersiapkan perlengkapan dan apa saja yang harus saya bawa. Keledai saja tidak masuk lubang yang sama masak iya aku harus mengulangi kesalahan yang sama.. SEPAKAT hehehe
BERIKUT AGENDA PERJALANAN SAYA MENDAKI PUNCAK PANDERMAN PART 2
No.
Pukul
Ket.
1.      
05.45
Berangkat dari rumah
2.     
07.46
Sampai dan naik
3.     
08.34
Samapi di latar ombo
4.     
9.52
Sampai puncak
5.     
10.26
Turun gunung
6.     
11.55
Sampai bawah berlanjut pulang kerumah
7.     
14.23
Sampai rumah

Akhirnya kekuatan tekat dan doa orang yang saya sayangi membawa saya sampai puncak dan turun dengan selamat (hip..hip..hore..hip..hip..hore..!!). di bawah ini foto saya.
Meskipun aku berangat sendiri namun hati saya tidak pernah sendiri , saya mendapat beberapa saudara baru seperti yang terlihat di atas, nah.. yang paling pendek itulah saya maklum pertumbuhan  saya kan keren abis.. saking abisnya tak ada keren-kerennya hehehe. Foto ini tidak terlihat dengan jelas karena faktor cuaca yang tidak mendukung namun saya dapat mengenangnya dengan jelas…KEKUATAN SEMANGGAT “MAN JADDA WAJADA” “MAN SAARA ALA DARBI WASHALA” . sungguh manisnya hidup terasa setelah berlelah-lelah terimakasih A. Fuadi.